- Tentang
- Berita
- Post
Tentang
PT. Alakasa Industrindo Tbk was established on February 21, 1972 within the framework of the foreign capital Investment law N0. 1 1967, under the name of PT Alcan Indonesia, as a join venture enterprise (PMA company) between Alcan Aluminium Holding Ld (“Alcan”) and the Municipal Government of Jakarta. In August 1988, Alcan sold all of its shares to the Municipal Government of Jakarta (DKI) and the company status was consequently changed to a Domestic Capital Investment Company (PMDN Company). The Company’s name was then changed to PT Alumindo Perkasa.
Post
sejam yang lalu
Dihubungi terpisah, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta menilai fleksibilitas dalam pengenaan bea keluar sebaiknya dikaji lebih dalam agar bisa disesuaikan dengan kondisi pasar.
Hal itu dikarenakan rata-rata harga jual (average selling price/ASP) sejumlah komoditas tengah mengalami penurunan dalam beberapa kuartal terakhir.
“Emiten-emiten sedang menghadapi penurunan ASP akibat pelemahan harga komoditas dunia. Jadi skema bea keluar yang fleksibel perlu sangat diperhatikan agar tak memperburuk tekanan,” pungkasnya kepada Bisnis.
Meski demikian, tenggat implementasi pada 2026 memberi ruang bagi pelaku usaha untuk bersiap. Dengan persiapan optimal, kebijakan ini justru bisa menjadi katalis untuk memperkuat struktur industri dalam negeri ke depan.
Sebelumnya, analis KISI Sekuritas Muhammad Wafi berpendapat wacana pengenaan bea keluar yang tengah digodok pemerintah juga bisa menurunkan margin emiten, dan berisiko membuat oversupply batu bara dan emas di pasar domestik.
“Kalau tidak dikalkulasi dengan benar, bisa bikin produk RI kalah harga dari negara lain,” ucap Wafi.
Menurut Wafi, emiten minerba yang relatif lebih tahan dari aturan bea keluar ini adalah emiten yang banyak melakukan penjualan domestik, seperti PTBA dan ANTM.
Risiko Tekanan Margin dan Oversupply
Sejumlah emiten ikut buka suara merespons wacana pengenaan bea keluar ini. PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) menyatakan bakal mencermati lebih lanjut rencana pemerintah terkait dengan pungutan bea keluar atas ekspor batu bara yang dijadwalkan mulai berlaku pada 2026.
Corporate Secretary Bukit Asam Niko Chandra menyatakan implementasi bea keluar akan berdampak pada struktur biaya pokok penjualan dan berpotensi memengaruhi daya saing batu bara Indonesia di pasar global.
“Hal ini berpotensi memengaruhi daya saing batu bara Indonesia di pasar global dan dapat berdampak pada volume ekspor, tergantung pada besaran tarif yang ditetapkan,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (15/7/2025).
Menurutnya, emiten tambang pelat merah yang tercatat di BEI sejak 2002 ini, akan terus melakukan analisis dan penyesuaian strategi guna menjaga kinerja serta keberlanjutan usaha di tengah dinamika regulasi.
Terpisah, Direktur Utama PT RMK Energy Tbk. (RMKE) Vincent Saputra penerapan bea keluar ini akan menekan margin perusahaan batu bara.
“Bea keluar juga akan menjadi tantangan di tengah kondisi harga batu bara yang cenderung turun, tetapi biaya penambang meningkat dan mungkin dapat menekan margin,” tutur Vincent.
Di tengah kondisi penurunan harga batu bara saat ini, Vincent berharap pemerintah dapat memberlakukan kebijakan yang tidak terlalu memberatkan biaya operasional.
undefined likes ∙ undefined comments
sejam yang lalu
KEBIJAKAN BEA KELUAR BATU BARA & EMAS
"Emiten yang Terpapar Kebijakan Bea Keluar Batu Bara dan Emas, dari ITMG Hingga ANTM"
Rabu, 16 Juli 2025 | 06.00 WIB
Reporter: Dionisio Damara Tonce & Annisa Kurniasari Saumi | Editor: Ana Noviani
Bisnis.com, JAKARTA — Rencana pemerintah menerapkan bea keluar fleksibel atas komoditas emas dan batu bara menjadi sentimen negatif yang menghantui prospek kinerja dan saham emiten-emiten di sektor tersebut.
Seperti diberitakan Bisnis, Pemerintah kini tengah mengkaji pengenaan bea keluar terhadap emas dan batu bara dengan besaran yang fleksibel mengikuti perkembangan harga di pasar.
Artinya, bea keluar bakal dikenakan saat harga dianggap tinggi dengan besaran tertentu, tetapi ditangguhkan ketika harga dinilai kurang menguntungkan.
Pelaku pasar merespons negatif sentimen tersebut. Pada Selasa (15/7/2025), sejumlah saham emiten emas dan batu bara terpantau mengalami koreksi saat indeks harga saham gabungan (IHSG) melaju di teritori hijau.
Dari sektor emas, saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) ditutup melemah 0,99% ke level Rp3.000 per saham. Saham PT Archi Indonesia Tbk. (ARCI) juga turun 3,36% menjadi Rp575 dan PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) terkoreksi 1,68%. Adapun, saham PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) masih menguat 2,87% ke Rp2.150.
Di sektor batu bara, harga saham emiten tambang pelat merah yakni PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) terkontraksi sebesar 0,80% menuju Rp2.470, sedangkan saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) turun 0,55% ke Rp1.815.
Saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) ikut melemah 0,22% ke Rp22.400 dan PT Indika Energy Tbk. (INDY) turun 0,75% menjadi Rp1.330. Sebaliknya, saham PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) mencetak kenaikan masing-masing 1,03% dan 3,67%.
Pelemahan mayoritas saham tambang itu terjadi saat IHSG yang ditutup menguat sebesar 0,61% atau 43,22 poin menuju posisi 7.140,47 pada perdagangan kemarin.
Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata menyatakan bahwa penerapan skema fleksibel berpotensi membuat harga jual komoditas Indonesia menjadi kurang kompetitif dibandingkan dengan negara pesaing seperti Australia, Afrika Selatan, dan Rusia.
Pasalnya, ketika harga tinggi dan bea keluar berlaku, biaya ekspor akan meningkat sehingga margin menurun. Pembeli pun bisa beralih, terutama untuk pasar yang sensitif terhadap harga seperti India, China dan negara berkembang.
“Daya saing global terancam saat harga sedang tinggi, ketika seharusnya margin ekspor optimal,” ujar Liza saat dihubungi Bisnis, Selasa (15/7/2025).
Sementara itu, saat harga global rendah dan bea keluar dibebaskan, dampaknya diperkirakan cenderung netral. Namun, kondisi harga batu bara dan emas yang rendah umumnya disertai dengan permintaan yang melemah di pasar internasional.
Liza menilai kebijakan bea keluar berpotensi memberikan sentimen negatif bagi sejumlah emiten eksportir murni seperti ITMG, ADRO, DSSA, dan MDKA.
Keempat emiten ini disebut mengandalkan 70% hingga 100% penjualannya dari pasar ekspor. Alhasil, bea keluar akan menambah beban margin, serta berisiko menurunkan volume ekspor dan laba bersih emiten.
Di sisi lain, emiten dengan orientasi domestik atau hilirisasi seperti PTBA dan BRMS dinilai lebih tahan terhadap dampak rencana kebijakan bea keluar.
“BRMS menjual seluruh produknya ke smelter domestik milik sendiri, sehingga dampak bea keluar sangat minim,” pungkas Liza.
Dia menuturkan bahwa PTBA memiliki porsi penjualan batu bara dalam negeri sebesar 53% pada 2024, sedangkan 47% sisanya berasal dari ekspor. Dengan begitu, dampak bea keluar terhadap perseroan hanya terasa saat harga tinggi.
Dari sisi investor, Liza menyatakan skema fleksibel justru menambah ketidakpastian regulasi. Mengingat mekanisme ini cenderung sulit diprediksi dan meningkatkan volatilitas dalam valuasi.
“Investor mungkin memasukkan ‘regulatory risk premium’ terhadap emiten ekspor yang rawan terkena bea keluar, apalagi jika dasar pengenaan dan waktu pemberlakuan tidak konsisten,” ujar Liza.
undefined likes ∙ undefined comments
6 jam yang lalu
(delay 30 menit)
Bukit Asam (PTBA) Buka Suara soal Wacana Bea Keluar Ekspor Batu Bara RI
Bisnis.com, JAKARTA — PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) menyatakan bakal mencermati lebih lanjut rencana pemerintah terkait dengan pungutan bea keluar atas ekspor batu bara yang dijadwalkan mulai berlaku pada 2026.
Corporate Secretary Bukit Asam Niko Chandra menyatakan implementasi bea keluar akan berdampak pada struktur biaya pokok penjualan dan berpotensi memengaruhi daya saing batu bara Indonesia di pasar global.
“Hal ini berpotensi memengaruhi daya saing batu bara Indonesia di pasar global dan dapat berdampak pada volume ekspor, tergantung pada besaran tarif yang ditetapkan,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (15/7/2025).
https://market.bisnis.com/read/20250715/7/1893432/bukit-asam-ptba-buka-suara-soal-wacana-bea-keluar-ekspor-batu-bara-ri
For REAL TIME ALERT cek https://t.me/sobattradernic/322482
undefined likes ∙ undefined comments
6 jam yang lalu
🇲🇨INDONESIA : Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa AS akan mengenakan tarif sebesar 19% atas barang impor dari Indonesia, (turun dari ancaman 32% sebelumnya), sebagai bagian dari kesepakatan bilateral baru menjelang tenggat 1 Agustus untuk penaikan tarif menyeluruh. Sebagai gantinya, AS akan memperoleh akses penuh ke pasar Indonesia tanpa tarif, serta komitmen pembelian senilai USD15 miliar untuk energi, USD4,5 miliar produk pertanian, dan 50 unit pesawat Boeing. Perjanjian ini juga memuat tarif penalti untuk barang transhipment asal China yang masuk lewat Indonesia. Adapun total perdagangan Indonesia-AS tahun lalu mencapai hampir USD40 miliar, dengan defisit barang bagi AS sebesar USD18 miliar, didominasi oleh produk seperti minyak sawit, alat elektronik, ban mobil, dan udang beku. Pemerintah Indonesia menyatakan tengah menyiapkan pernyataan bersama yang akan merinci skema tarif dan ketentuan non-tarif.
- Hari ini para pelaku pasar akan memonitor hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang diramalkan punya peluang menurunkan suku bunga acuan BI7DRR sebanyak 25bps ke level 5,25%.
📊IHSG closing tepat terhalang Resistance ( jk.menengah) di level 7140.5, setelah bukukan penguatan 43.32pts / +0.61% walau intraday High sempat menyentuh 7161.8. KIWOOM RESEARCH menilai keputusan RDG BI akan mainkan peranan penting dalam sentiment market hari ini , walau di satu sisi KIWOOM RESEARCH beropini sesungguhnya BI belum perlu menurunkan suku bunga saat ini. Nilai tukar RUPIAH terpantau cukup stabil di kisaran 16254 / USD. Bicara mengenai pergerakan IHSG saat ini yang masih dibayangi oleh net jual asing sebesar IDR 326 milyar kemarin (all market) , secara teknikal ini menimbulkan pertanyaan apakah tenaga bullish masih cukup kuat untuk buat IHSG tembus Resistance kritikal 7150, demi meloloskan jalannya ke Target (jk.pendek) 7200-7240. Bertepatan dengan hasil keputusan tarif dagang AS 19%, KIWOOM RESEARCH sarankan para investor / trader perlu pertimbangkan bagaimana animo market menyikapinya.
Trading Idea
BBRI
Entry Buy : 3,750 – 3,880
Target Price : 4,030 – 4,180
Support : 3,660 – 3,750
Cut loss : 3,640
BTPS
Entry Buy : 1,380 – 1,430
Target Price : 1,490 – 1,550
Support : 1,355 – 1,380
Cut loss : 1,345
SCMA
Entry Buy : 156 – 162
Target Price : 169 – 176
Support : 154 – 156
Cut loss : 152
SRTG
Entry Buy : 1,630 – 1,690
Target Price : 1,760 – 1,830
Support : 1,595 – 1,630
Cut loss : 1,585
Disclaimer on
undefined likes ∙ undefined comments
9 jam yang lalu
Bukit Asam (PTBA) Buka Suara soal Wacana Bea Keluar Ekspor Batu Bara RI
Bisnis.com, JAKARTA — PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) menyatakan bakal mencermati lebih lanjut rencana pemerintah terkait dengan pungutan bea keluar atas ekspor batu bara yang dijadwalkan mulai berlaku pada 2026.
Corporate Secretary Bukit Asam Niko Chandra menyatakan implementasi bea keluar akan berdampak pada struktur biaya pokok penjualan dan berpotensi memengaruhi daya saing batu bara Indonesia di pasar global.
“Hal ini berpotensi memengaruhi daya saing batu bara Indonesia di pasar global dan dapat berdampak pada volume ekspor, tergantung pada besaran tarif yang ditetapkan,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (15/7/2025).
undefined likes ∙ undefined comments
21 jam yang lalu
🏭 Industry Outlook | Kiwoom Research - 15 July 2025
🪙 DAMPAK PENGENAAN BEA KELUAR FLEKSIBEL ATAS KOMODITAS EMAS & BATUBARA INDONESIA
1️⃣ Dampak terhadap Daya Saing di Pasar Ekspor Global
a. Ketika Harga Tinggi (Bea Keluar Berlaku):
– Biaya ekspor naik, sehingga harga jual menjadi kurang kompetitif dibandingkan negara pesaing (seperti Australia, China, Afrika Selatan, Rusia, atau Kanada).
– Potensi alih pembeli ke negara lain meningkat, terutama untuk pasar yang sensitif terhadap harga seperti India, China, dan negara berkembang.
b. Ketika Harga Rendah (Bebas Bea Keluar):
– Netral atau positif, karena perusahaan tidak terbebani pungutan dan bisa bersaing secara harga. Namun saat harga global rendah, permintaan pun cenderung melemah.
◾ Kesimpulan: Daya saing global terancam saat harga sedang tinggi—justru ketika seharusnya margin ekspor optimal. Hal ini dapat menekan volume ekspor dan mengurangi pangsa pasar Indonesia secara global. FYI, kondisi batubara global saat ini tengah oversupply, manakala dunia juga makin intensif ke arah green energy. Batubara Indonesia yang kebanyakan low-calorie semakin kehilangan pasarnya, contoh China & India yang telah memutuskan untuk kurangi impor batubara Indonesia dan beralih ke batubara berkadar energi tinggi dari Australia, Mongolia, Af-Sel, & Tanzania demi seimbangkan supply & jaga emisi.
2️⃣ Dampak terhadap Emiten Eksportir Emas & Batubara
Netral–Negatif, tergantung profil bisnis dan pasar tujuan:
a. Sentimen Negatif untuk Emiten Ekspor Murni:
Emiten seperti ITMG, ADRO, DSSA (batubara) dan MDKA (emas) yang mengandalkan ekspor hingga 70–100% dari total penjualan akan terkena beban margin tambahan saat harga tinggi, karena bea keluar dikenakan. Daya saing global juga terganggu, sehingga ada risiko penurunan volume ekspor dan laba bersih.
Sumber: Laporan Tahunan Emiten & IDX, cnbcindonesia.com
b. Sentimen Netral untuk Emiten Hilirisasi atau Fokus Domestik:
Emiten dengan fokus penjualan lokal atau hilirisasi akan lebih terlindungi.
– BRMS menjual seluruh produksinya ke smelter domestik milik sendiri, sehingga dampak bea keluar sangat minim.
– PTBA meski masih mengekspor, memiliki porsi domestik (DMO) sebesar 53% dari total penjualan tahun 2024, dan 47% ekspor. Saat harga tinggi, ekspor PTBA tetap terdampak bea keluar, namun ketika harga rendah, pengaruhnya netral karena bea dibebaskan.
Sumber: PTBA Official, Kontan
c. Positif untuk Fiskal Negara, tapi bukan untuk profit korporasi:
Kebijakan ini dirancang untuk mengoptimalkan penerimaan negara, bukan meningkatkan laba perusahaan. Karenanya, meskipun APBN diuntungkan, pasar saham cenderung memberi respons berhati-hati, terutama terhadap saham eksportir saat harga komoditas sedang tinggi.
3️⃣ Risiko Tambahan bagi Investor
– Menambah ketidakpastian regulasi, karena mekanisme "fleksibel" dianggap sulit diprediksi dan menambah volatilitas dalam valuasi.
– Investor mungkin memasukkan “regulatory risk premium” terhadap emiten ekspor yang rawan terkena bea keluar, apalagi jika dasar pengenaan dan waktu pemberlakuan tidak konsisten.
◾ KESIMPULAN:
→ Daya saing ekspor justru bisa tertekan saat harga tinggi.
→ Sentimen negatif cenderung muncul untuk emiten eksportir besar, dan lebih netral bagi emiten domestik atau hilirisasi.
→ Investor perlu mengantisipasi fluktuasi margin dan risiko kebijakan fiskal yang bersifat dinamis.
© KIWOOM SEKURITAS INDONESIA
undefined likes ∙ undefined comments
21 jam yang lalu
BURSA SORE
Tue, Jul 15, 2025 16:26 WIB
"Saham Asia Moncer, AS Buka Diri Negosiasi Tarif, IHSG Cuan Lagi"
Ipotnews - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menepi di zona hijau secara solid. Saat akhir perdagangan hari Selasa (15/7), IHSG melejit 43 poin (+0,61%) ke posisi 7.140.
Penguatan IHSG dibarengi volume perdagangan sebanyak 235,51 juta lot saham. Volume tersebut menghasilkan nilai transaksi Rp16,39 triliun.
Saham top gainers: INET, ARGO, CDIA, COIN, MTFN, MERI, BLOG. Saham teraktif: CUAN, PTRO, PSAT, BREN, BRPT, WIFi, INET.
Indeks sektoral saham paling leading adalah infrastruktur yang menguat 5,21%. Sektor barang konsumen primer terlemah, turun 0,74%.
Bursa Asia
Pasar saham Asia menguat pada perdagangan hari Selasa (15/7). Negosiasi perdagangan tetap menjadi sorotan pekan ini, termasuk data-data penting tentang inflasi AS dan rilis laba kuartalan emiten bank.
Trump mengisyaratkan bahwa ia terbuka untuk berdiskusi tentang tarif setelah ancamannya di akhir pekan untuk mengenakan bea masuk 30% terhadap Uni Eropa dan Meksiko mulai 1 Agustus. Jepang dilaporkan sedang mencoba menjadwalkan perundingan tingkat tinggi dengan AS Jumat ini.
Reaksi pasar terhadap ketidakpastian tarif relatif jinak, sehingga laporan laba di Amerika Serikat minggu ini menjadi semakin penting sebagai petunjuk, kata ahli strategi National Australia Bank, Rodrigo Catril.
"Akan menarik untuk melihat apa yang dikatakan perusahaan, khususnya terkait prospek ke depan, seperti apa pandangan mereka pada kuartal berikutnya, bagaimana mereka melihat margin keuntungan mereka, apakah mereka akan terjepit, atau apakah mereka berencana untuk meneruskannya," kata Catril dalam podcast NAB.
Uni Eropa menuduh AS menolak upaya mencapai kesepakatan perdagangan dan memperingatkan akan mengambil tindakan balasan jika tidak tercapai kesepakatan. Trump mengatakan ia terbuka untuk berdiskusi lebih lanjut dengan Uni Eropa dan mitra dagang lainnya.
Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba sedang mengatur pertemuan dengan Menteri Keuangan AS Scott Bessent di Tokyo pada hari Jumat, lapor surat kabar Yomiuri, menjelang tenggat waktu 1 Agustus sebelum tarif 25% mulai berlaku.
Sementara itu, musim laporan keuangan AS akan dimulai pada hari Selasa, dengan laporan kuartal kedua dari bank-bank besar. Laba S&P 500 diperkirakan naik 5,8% year-on-year (yoy), menurut data LSEG. Prospek tersebut telah meredup tajam sejak proyeksi awal April sebesar 10,2%, sebelum Trump melancarkan perang dagangnya.
Investor juga menunggu data harga konsumen AS untuk bulan Juni, yang akan dirilis pada hari Selasa, dan akan memantau setiap tekanan kenaikan harga akibat tarif.
Asia Currencies
Yen naik 0,03% menjadi 147,67 per USD
SGD naik 0,10% menjadi 1,2808 per USD
AUD naik 0,31% menjadi 0,6565 per USD
Rupiah melemah 0,10% menjadi 16.266 per USD
Rupee naik 0,22% ke 85.7975 per USD
Yuan melorot 0,02% ke 7.1736 per USD
Ringgit menguat 0,28% ke 4.2413 per USD
Baht naik 0,17% ke 32,418 per USD
Bursa Eropa
Market saham Eropa ke zona hijau pada perdagangan hari Selasa (15/7). Setengah jam lebih dari sesi opening perdagangan hari Selasa dan saham-saham Eropa secara umum bergerak naik.
undefined likes ∙ undefined comments
sehari yang lalu
Genjot Efisiensi, Chandra Asri Rekrut 200 Talenta Baru untuk Layanan Shared Service
JAKARTA — PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) memperkuat infrastruktur operasionalnya dengan mengembangkan layanan Shared Service Center (SSC) melalui anak usaha PT Chandra Asri Konsultasi (CAK). Langkah ini ditujukan untuk mendukung efisiensi lintas entitas bisnis dalam grup sekaligus memperluas kontribusi terhadap penciptaan lapangan kerja.
Dalam keterangan resmi yang dirilis Senin (15/7), CAK berencana merekrut lebih dari 200 tenaga kerja baru seiring dengan ekspansi layanan back-office, yang mencakup fungsi keuangan, pengadaan, SDM, layanan pelanggan, hingga teknologi informasi. Langkah ini sejalan dengan target jangka panjang menjadikan CAK sebagai pusat layanan administratif untuk seluruh entitas Chandra Asri Group.
Saat ini, CAK telah menjalankan operasional administratif untuk Aster Chemical & Energy Pte. Ltd., aset perusahaan di Singapura yang berada di bawah kendali CAPGC—perusahaan patungan Chandra Asri Capital dan Glencore Asian Holdings. Model ini memungkinkan pengelolaan lintas negara dari Indonesia, menekan biaya operasional sekaligus mengoptimalkan peran talenta lokal.
Andre Khor, CFO Chandra Asri Group, menegaskan bahwa pengembangan kapasitas manusia adalah bagian dari strategi pertumbuhan berkelanjutan perusahaan. “Kami tidak hanya membangun efisiensi, tapi juga memperluas dampak sosial-ekonomi lewat penciptaan kerja berkualitas,” ujarnya.
Ke depan, CAK juga membuka peluang untuk melayani mitra eksternal di luar grup. Perseroan menyiapkan program pelatihan rutin guna menjaga daya saing dan relevansi kompetensi tenaga kerja dengan dinamika industri.
undefined likes ∙ undefined comments
sehari yang lalu
ADHI
"Adhi Karya (ADHI) Kebut Proyek MRT, Gali Terowongan Terdalam di Harmoni-Sawah Besar"
Selasa, 15 Juli 2025 | 12.11 WIB
Reporter: Dwi Nicken Tari | Editor: Dwi Nicken Tari
Bisnis.com, JAKARTA - Emiten kontraktor pelat merah PT Adhi Karya (Persero) Tbk. melanjutkan pembangunan proyek MRT Jakarta Fase 2A Paket CP202 yang kini memasuki tahap penggalian terowongan untuk menghubungkan Harmoni hingga Mangga Besar.
Adapun, proyek ini akan menghubungkan kawasan Harmoni, Sawah Besar, dan Mangga Besar dan disebut-sebut sebagai terowongan terdalam di Indonesia, hingga 27 meter.
ADHI mengerjakan proyek ini bersama konsorsium Shimizu Adhi Karya Joint Venture (SAJV) dengan perseroan sebagai salah satu pelaksana.
Corporate Secretary Adhi Karya Rozi Sparta menjelaskan pekerjaan kali ini meliputi pembangunan tiga stasiun bawah tanah dan dua terowongan penghubung dengan kedalaman hingga 27 meter.
Lokasi proyek yang berada di pusat kota dan memiliki kepadatan lalu lintas tinggi menyebabkan sejumlah tantangan teknis, seperti koridor yang sempit, tanah lunak, serta lokasi di kawasan cagar budaya.
"Untuk menggali terowongan, digunakan mesin bor bawah tanah (Tunnel Boring Machine/TBM) dengan tipe Earth Pressure Balance (EPB) yang diluncurkan pada 9 Mei 2025," kata Rozi dalam keterangan resmi, Selasa (15/7/2025).
Adapun, TBM pertama akan digunakan untuk menggali terowongan sepanjang 1.180 meter dari Stasiun Harmoni ke Stasiun Mangga Besar, dengan kecepatan sekitar 7,5–8 meter per hari. TBM kedua dijadwalkan mulai beroperasi pada Juli 2025 hingga September 2026.
Rangkaian pekerjaan penggalian dimulai dari Harmoni ke Sawah Besar pada Mei–September 2025, lalu dilanjutkan ke Mangga Besar pada September 2025–Juni 2026. Pembangunan ini juga akan mencakup stasiun empat lantai bawah tanah pertama di Indonesia yang dirancang untuk melayani dua jalur MRT sekaligus.
ADHI sebelumnya juga disebut telah menyelesaikan proyek LRT Jabodebek. Pengalaman itu diklaim menjadi salah satu pertimbangan dalam penunjukan perusahaan sebagai pelaksana proyek MRT Jakarta Fase 2A.
undefined likes ∙ undefined comments
sehari yang lalu
BRMS
"BRMS Berayun, Muncul Ramalan"
Selasa, 15 Juli 2025 | 11.34 WIB
Reporter: Jauhari Mahardhika | Editor: Jauhari Mahardhika
JAKARTA, investor.id – Saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) berpotensi melanjutkan penguatan hingga level resistance (batas atas) selanjutnya, menurut BRI Danareksa Sekuritas. Broker efek ternama itu mengungkapkan analisisnya demi mengoptimalkan cuan di saham BRMS.
BRI Danareksa Sekuritas dalam catatannya, Selasa (15/7/2025), merekomendasikan buy saham BRMS dengan target harga Rp 442-460 (swing trade). Swing trade berarti dalam hitungan beberapa hari ke depan. Sebab itu, pemodal bisa memanfaatkan ayunan harga saham BRMS.
Secara teknikal, menurut BRI Danareksa Sekuritas, tren jangka pendek saham Bumi Resources Minerals (BRMS) terlihat konsolidasi, kemudian tertembus pada perdagangan kemarin.
“Saat ini, BRMS memiliki potensi untuk melanjutkan penguatan hingga level resistance selanjutnya di level Rp 442-460. Adapun stop loss di bawah Rp 418,” tulis BRI Danareksa Sekuritas.
Direktur Bumi Resources Minerals (BRMS), Herwin Hidayat optimistis harga emas dunia masih dalam tren bullish. Terlebih, sejumlah institusi asing seperti JP Morgan, Morgan Stanley, UBS, dan Merryll Lynch memprediksi harga emas bakal mencapai US$ 3.500-4.000 per ons hingga pertengahan tahun depan.
“Jadi, saya lihat dalam jangka pendek hingga menengah (harga emas) masih akan meningkat. Prediksi harga emas US$ 3.500-4.000 per ons sampai pertengahan 2026 bukan tidak mungkin akan terjadi,” kata Herwin.
•••••••••••••
https://investor.id/market/403293/brms-berayun-muncul-ramalan
undefined likes ∙ undefined comments